Mengenal istilah Relawan dan Maknanya
Hari Relawan Sedunia atau International Volunteer Day (IVD) dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations pada 5 Desember 1985, yang belum pernah ikut kegiatan kerelawanan, saya berkeyakinan bahwa setelah membaca ini sebagian Anda akan tumbuh benih rasa ingin menghidupkan kerelawanan. Yang sudah ikut akan semakin jatuh cinta dengan dunia kerelawanan dan membulatkan semangat menghidupkan kerelawanan tadi.
Sudah dua tahun saya menggeluti dunia kerelawanan, dunia partisipasi nol rupiah ini. Dan sekarang, jika ditanya “bagaimana kesan selama menjadi relawan?”, maka untuk menumbuhkan, menghidupkan kerelawanan, beginilah jawaban saya:
Jadi relawan itu, Seru! Banyak manfaat yang bisa didapatkan. Susah untuk dijelaskan. Kata orang Flores, “menang banyak e”. Artinya “banyak untungnya”. Sebab banyak hal-hal positif yang saya dapat selama jadi relawan. Bisa dapat ilmu baru: kondisi sosial masyarakat Indonesia yang beragam, menumbuhkan empati, bisa bertualang sambil jalan-jalan, dan dapat teman baru. Hal-hal demikian membuat hati kita jadi lebih bahagia, dan yang terpenting, mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dan bertanggungjawab pada diri sendiri, terhadap setiap pilihan hidup yang kita ambil.
Jadi relawan itu, lebih banyak memberi, baik materi, tenaga, bahkan waktu. Tapi kalau dirasakan, sepertinya malah saya yang banyak menerima. Senang rasanya saat melihat orang lain tertawa karena kita.
Itu salah satu cara bagaimana kita dapat bersyukur. Dengan menghidupkan kerelawanan, kita dapat belajar, bahwa hidup tidak sekedar untuk membahagiakan diri sendiri. Salah satu jalannya ialah selalu menolong orang lain; terutama mereka yang tengah membutuhkan kehadiran kita. Tentunya disalurkan lewat kegiatan-kegiatan positif.
Menjadi relawan menyadarkan saya bahwa masih banyak orang baik yang mau peduli terhadap sesamanya, mau menghidupkan kerelawanan. Ini bukan suatu hal yang mudah, tetapi dengan bersama–sama, kita dapat membuat sebuah perubahan besar. Karena kami generasi yang tidak tinggal diam dan mendiamkan adanya sebuah permasalahan.
Saya sadar, bahwa di luar sana banyak anak-anak yang mengalami keterbatasan dalam pendidikan, namun tak pernah mengeluh dan padam semangatnya. Mereka selalu terlihat ceria dan gembira dan dengan bangga menceritakan cita-citanya. Dengan semangat mereka jadi pembelajaran saya untuk bisa tetap semangat. Sehingga, niat awal saya yang cuma-cuma kini bisa menjadi berguna dan terarah. Saya punya tujuan dan punya mimpi untuk bisa membantu adik-adik yang memiliki keterbatasan pendidikan, untuk terus berjuang.
Relawan adalah mereka yang dengan sukarela membantu orang tanpa mengharapkan imbalan sepeserpun. Dengan pengalaman yang luar biasa, yang bahkan belum tentu mampu kita dapatkan di bangku perkuliahan ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Karena bagi relawan, mampu mendapatkan senyum saja dan do’a dari orang yang mereka bantu adalah hal yang sangat luar biasa, yang bahkan takkan mampu jika kita menilainya dalam bentuk rupiah. Itulah yang menghidupkan kerelawanan kita semua sampai hari ini.
Mengutip pendapat Tan Malaka tentang pemuda, “Bila kaum muda yang belajar di sekolah menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita cita sederhana, maka pendidikan itu lebih baik tidak diberikan sama sekali.”
Jadi, giliran kamu kapan? Yuk, jadi relawan. Karena relawan tidak dibayar bukan karena tidak bernilai, namun karena tak ternilai.
Selamat Hari Relawan, para Pejuang!
Raha, Sulawesi Tenggara
1 November 2017
Pada kesempatan kali ini, saya ingin bercerita pengalaman ketika menjadi relawan di Dusun Ghai, Raha, Sulawesi Tenggara. Awalnya informasi kegiatan ini saya dapatkan dari seorang sahabat yang pernah bertemu pada kegiatan kerelawanan di kampung Komodo. Menjadi relawan akan mempertemukan kamu dengan orang baik lainnya yang meiliki visi yang sama, dan dalam kegiatan kali ini kami para relawan diseleksi dari kurang lebih 200 pendaftar yang berasal dari seluruh Indonesia. Pada akhirnya 20 peserta terpilih akan mengabdi di Dusun Ghai, kurang lebih selama seminggu di sana.
Pada masa awal mengabdi, saya tidak pernah menyangka bahwa di Sulawei Tenggara sangat minim akomodasi, kususnya akses menuju Dusun Ghai itu sendiri. Padahal, dusun yang akan menjadi target pengabdian kami ini, jaraknya hanya mencapai 20 menit dari pusat kota. Di sana ada sebuah sekolah “marginal”, tepat di pinggir pantai dengan suhu mencapai 33oC, yang merupakan salah satu target pengabdian kami, yaitu SDN 9 Duruka.
2 November 2017
Perjalanan menuju dusun Ghai siang itu diliputi cuaca yang sangat panas dan jalan bebatuan yang berdebu, dikarenakan belum ada akses jalan aspal menuju dusun Ghai. Pertama sekali sampai di sekolah, pandangan kami dikejutkan dengan letak sekolah yang berhadapan dengan pesisir pantai, sehingga udara disana sangatlah panas. Bahkan, jika air pasang, air laut tersebut dapat membanjiri halaman sekolah. Kedatangan kamipun disambut hangat oleh guru-guru dan para siswa disana.
Pada hari ini, seluruh relawan akhirnya terkumpul dan mulai menyatukan visi untuk pembuatan program selama seminggu di Dusun Ghai. Adapun program yang berhasil dirancang meliputi 3 bidang Pengabdian, yakni; Divisi Pendidikan, Divisi Pariwisata, dan Divisi Pengabdian Masyarakat. Walau terbagi menjadi beberapa divisi, namun antara satu dan yang lain saling bantu dan bekerja sama. Demikian cara kami menghidupkan kerelawanan bersama.
Sebelum memasuki Program, para relawan dibagi ke beberapa rumah inap yang merupakan rumah penduduk setempat, dengan jumlah satu rumah berjumlah tiga hingga empat relawan. Kegiatan malam harinya dilanjutkan dengan briefing sekaligus perkenalan relawan dengan Bapak Kepala Dinas Pariwisata Kab.Muna, Sulawesi Tenggara.
3 November 2017
Kami memulai kegiatan kerelawanan dengan program dari Divisi Pendidikan, yakni Mengajar di SDN 9 Duruka.
Hari pertama cukup panas, tetapi kami tetap bersemangat untuk masuk kelas. Saya sendiri ditugaskan membantu Divisi Pendidikan untuk mengajar adik-adik kelas 2 SDN 9 Duruka. Kamipun berbagi cerita, pengalaman, inspirasi untuk mewujudkan mimpi anak negri. Mirisnya, ketika ditanya banyak dari anak-anak yang tidak tahu apa cita-cita mereka, tugas kami hanya memberikan pemahaman serta penjelasan mengenai cita-cita yang sesuai dengan diri anak-anak, untuk itu, kami memberikan kertas kecil untuk menuliskan cita-cita mereka yang kemudian ditempelkan di dada masing-masing. Kemudian kegiatan mengajar dilanjutkan dengan ‘Mengenal Indonesia’, yakni pengenalan pulau-pulau dan Provinsi di Idonesia.
Sebuah momen yang tak akan pernah terlupakan karena sepertinya bukan anak-anak yang terinspirasi tetapi kami para relawan yang sangat terinspirasi dan terharu dengan semangat anak-anak di sekolah tersebut. Ini yang membuat semakin terasa makna menghidupkan kerelawanan. Bahkan, jika diberi kesempatan lagi untuk kembali menghidupkan kerelawanan, kami para relawan akan melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena pengalaman dan cita-cita itu ditumbuhkan bukan dicari.
Sore harinya dilanjutkan dengan kegiatan perlombaan pemilahan sampah Organik dan Anorganik bagi adik-adik SDN 9 Duruka, dari kami Divisi Pengabdian Masyarakat.
4 November 2017
Pagi ini seluruh relawan melakukan senam pagi. Melenturkan otot-otot yang kaku sebelum dilanjutkan dengan program dari divisi Pendidikan.
Sore hari dilanjutkan dengan Program ‘Rumah Bersih’ dan ‘Rumah Muna, Rumahku’ dimulai pada Sabtu, 4 November 2017. Kegiatan awal difokuskan dengan mengumpulkan warga di Masjid Desa dan melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada warga mengenai Lomba tersebut. Di hari berikutnya, warga yang bersedia mengikuti lomba tersebut didata oleh divisi Pengabdian Masyarakat dan berkolaborasi dengan divisi Pariwisata. Masyarakatpun membersihkan lingkungan di sekitar rumah masing-masing guna tujuan perlomaan tersebut.
Program dari divisi Pendidikan dilanjutkan dengan melatih adik-adik SD untuk atraksi pada malam puncak, sekaligus malam keakraban. Mereka sangat antusias dalam mengikuti latihan, karena hal ini adalah pertama kalinya bagi mereka tampil dalam sebuah acara secara resmi.
5 November 2017
HOREEE!!! Hari ini hari minggu, saatnya berwisata. Ini adalah program kerjasama dari panitia dan divisi Pariwisata, yakni mengeksplorasi kekayaan alam Kab.Muna, sekaligus memperkenalkannya melalui media sosial. Pada kesempatan kali ini, kami mengeksplor kekayaan alam Kab.Muna, diantaranya; Pantai Meleura, Danau air laut ‘Napabale’, dilanjutkan dengan wisata Tenun khas Muna, Sulawesi Tenggara, kemudian ada juga wisata Sejarah, yakni Goa Liang Kabori, dan sebagai penutup hari, kami mengunjungi Puncak Wakila untuk menikmati sunset dan pemandangan kota Raha. Walau sangat melelahkan, kami pulang dengan hati yang sangat bahagia lho. Iya. Bahagia karena sudah membuat hidup jadi lebih bermakna. Hehehehe…
6 November 2017
Masyarakat Dusun Ghai masih bergantung pada air laut dan sebagian pada air sumur untuk mandi, cuci, dan kakus. Padahal menurut pengamatan saya, bagian pesisir pantainya sudah tercemar oleh sampah. Masyarakat kerap membuang sampah di laut dengan alasan tidak tersedianya tempat pembuangan dan pengangkutan sampah dari Dinas Kebersihan Kab.Raha. Oleh karena itu, kami dari Divisi Pengabdian Masyarakat menyelenggarakan lomba Rumah Bersih sekaligus pembagian bibit cabe, terong, dan tomat, untuk menanamkan pentingnya kebersihan, sekaligus bercocok tanam.
7 November 2017
Mengawali pagi hari dengan sarapan bersama dan rapat singkat bersama bapak RK atau ketua ligkungan Dusun Ghai, kegiatan dilanjutkan dengan Cek Kesehatan dan Gizi oleh Div. Pengabdian Masyarakat. Siang harinya, kami bersama-sama membantu Div. Pendidikan untuk menyiapkan segala macam properti yang akan digunakan pada malam puncak Atraksi. Kegiatan malam harinya adalah malam puncak atraksi dari adik-adik SDN 9 Duruka, sekaligus perpisahan dengan masyarakat dusun Ghai. Kegiatan diisi dengan penyerahan hadiah kepada para juara dan penampilan atraksi hiburan dari para siswa/i SDN 9 Duruka, dan ditutup dengan tarian lulo dan goyang Maumere bersama warga, panitia, relawan, juga acara bebas lainnya.
8 November 2017
Hari terakhir diisi dengan jalan-jalan bersama panitia ke Pulau Towea. Salah satu pulau tak berpenghuni dengan hamparan pasir putih yang luas dan pohon bakau. Tiba dengan perahu kayu, dermaga kayu yang panjang telah siap menjemput kami sampai ke bibir pantai. Kamipun menikmati piknik bersama tersebut dengan hidangan makan siang berupa; ikan bakar, sambal colo-colo (khas Muna), nasi putih, dan sayur daun singkong, tidak lupa pula es kelapa muda dan es dhegan sebagai desert yang menyegarkan soul (jiwa) di siang yang panas. Selepas itu, kami berfoto-ria, mandi, snorkling, ataupun sekadar hammockan dan duduk-duduk manja di bawah pohon.
Sore harinya kami pulang kembali ke kota dan diajak menikmati kopi hitam khas Muna di salah satu kedai Kopi kota Raha, sebelum melanjutkan pertemuan dengan Bupati Muna sebagai bentuk pertanggungjawaban dari kegiatan yang telah berlangsung selama seminggu ini.
9 November 2017
Cuaca Ghai pagi itu, seperti biasa, panas. Hari ini adalah hari terakhir, kami para relawan dan panita berada di Dusun Ghai. Sahdu dan haru, itu kesan yang dirasakan. Pengabdian masyarakat membekas di hati relawan. Kami pun pulang dengan membawa rasa syukur dan tergerak untuk terus membantu sesama. Setelah itu, ada penyerahan sertifikat kepada masing-masing relawan.
Kesan dan Pesan
Relawan? Ia haruslah hadir di tengah-tengah permasalahan yang sejatinya belum mampu di selesaikan pemerintah kita. Sosial, Pendidikan, Lingkungan, Budaya. Apapun itu, semoga menjadi ladang amal bagimu, kawan!
Selama pengabdian, saya bertemu dengan banyak anak-anak. Mengenal mereka dapat vitamin B lho! Vitamin ‘Bahagia’. Dari mereka saya belajar bahwa bahagia itu sederhana, sesederhana melihat senyum dan tawa mereka yang semangat datang pagi untuk belajar. Sesederhana sapaan mereka, sesederhana salam mereka dan hormat mereka. Tawa mereka itu candu yang mendorong datang disetiap harinya. Itulah yang membuat makin kesini makin terasa bahwa kita semua perlu bergerak menggaungkan semangat menghidupkan kerelawanan sebagaimana mestinya.
Mengenal Relawan yang lain adalah pelajaran. Pelajaran yang tak ternilai harganya dan pengalaman yang terus bertambah tanpa biaya sepersen pun. Canda-tawa, tangis-marah, kesal, repot, lelah, bahagia, dan lega menghiasi perencanaan juga saat kegiatan ini berlangsung. Kesempatan berharga dan tak ternilai seperti ini, bisa saya dapatkan karena berkumpul dengan mereka. Mereka, yang bahkan sering tak mau disebut-sebut, sebab mereka melakukan semua karena hati yang tergerak, pakai hati dan memang senang melakukannya tanpa pamrih. Tapi mereka itulah, yang sering kita sebut relawan.
Menghidupkan kerelawanan berarti mengajak kita semua mengasah dan mempertajam kepedulian. Bertahan pada komitmen agar selalu ada dan sedia untuk mereka yang begitu membutuhkan (setidaknya) kehadiran kita untuk mereka. Devotion by Being A Volunteer. Menyadari bahwa kebahagiaan memang harus kita bagikan dengan semesta dan juga seluruh isinya.
Ada kepuasan tersendiri saat kita bisa melakukan kegiatan positif di luar kegiatan rutinitas yang beragam latar belakangnya yang terkadang membuat jengah. Kegiatan yang independen tanpa lembaga kantor atau kampus, bebas, asik, seru, penuh kreasi dan yang paling penting, banyak manfaatnya!
Generasi muda selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa, baik sebagai pelopor maupun sebagai pengambil keputusan. Karena jika bukan generasi muda yang berusaha, maka siapa lagi? Silahkan direnungkan dan berdamai kembali dengan pikiran masing-masing. Tapi ingatlah akan hal ini. Sebisa mungkin waktu saya yang singkat ini harus bisa bermanfaat buat orang lain. Selamat berjuang menghidupkan kerelawanan.
Akhir kata saya ucapkan limpah terima kasih kepada seluruh panitia dan relawan yang telah bekerja keras menyukseskan kegiatan menghidupkan kerelawanan yang telah saya ikuti ini. Semoga amal bakti kita semua dterima TUHAN YANG MAHA ESA. AMIN.
Redemta Bunga,
Labuan Bajo, 05 Desember 2017